Ketua
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Marthinus Yohame diduga sebagai mayat
misterius yang ditemukan beberapa hari lalu oleh seorang nelayan di Pulau Nana,
Distrik Doom, Kabupaten Sorong.Mayat misterius
ini diyakini sebagai Marthinus Yohame setelah keluarga melihat berdasarkan
ciri-ciri fisik yang ada pada korban. Kepolisian yang akan melakukan otopsi
guna mengetahui penyebab kematian korban, apakah dipukuli dengan benda tumpul,
terkena sabetan atau tikaman benda tajam atau bahkan bisa diketahui bahwa
korban ditembak dan lain-lain, ditolak oleh pihak keluarga.Kabid Humas
Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo yang mengkonfirmasi berita tersebut
menyatakan bahwa sudah ada beberapa orang yang mewakili keluarga korban dan
dipimpin kepala suku mereka datang ke Polresta Sorong.
Mereka datang menemui
Kapolres dan Kasatreskrim untuk menyatakan menolak dilakukannya otopsi pada jenazah, entah apa alasannya namun telah dijelaskan kepada keluarga bahwa otopsi yang akan dilakukan merupakan syarat mutlak dalam pengungkapan kasus tersebut.Kematian
ketua KNPB ini menimbulkan kesimpangsiuran tentang sebab kematiannya, berdasarkan
informasi yang beredar bahwa Mathinus Yahume dikabarkan hilang setelah melakukan
jumpa pers terkait kedatangan Presiden RI ke Sorong pada Pukul 15.00 WIT. Beberapa
menit klemudian selesai jumpa pers, kemudian seorang perempuan dari Komnas HAM menelpon
Martinus Yohame untuk mengadakan pertemuan. Kemudian perempuan tersebut beserta
rombongannya lalu datang menemui Martinus di depan kantor Walikota Sorong,
dengan menggunakan mobil avanza warna merah, lalu mengajak Martinus pergi
bersama mereka menuju ke toko Mega Mal Sorong, KM 9 Sorong untuk makan bersama
sambil membicarakan sesuatu yang tidak diketahui dalam pertemuan tersebut.Sebelum bubar
keduanya saling bertukar No HP, dan perempuan tersebut mengatakan bahwa akan
menghubungi Marthinus untuk melakukan pertemuan selanjutnya pada hari Rabu, 20
Agustus 2014. Selanjutnya komunikasi dilakukan melalui telepon dan SMS hingga
terakhir pada hari Rabu malam (20/8) pukul 24.00 WIT, hari dimana hilangnya
Marthinus.Hal inilah
yang lalu kemudian dengan sengaja disimpulkan oleh KNPB, dengan memunculkan persepsi bahwa pelaku
penculikan dan pembunuhan adalah pihak keamanan, baik TNI maupun Polri. Namun
sebelumnya yang perlu menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya yang terjadi dalam
pertemuan seorang perempuan dari Komnas HAM dengan Martinus? Kenapa Marthinus
Yahume tidak ditemani dengan rekan-rekannya yang lain pada saat pertemuan
tersebut?Jika dilihat dari saratnya konflik kepentingan yang terjadi di
tubuh KNPB, hal ini sangatlah wajar jika Martinus memilih untuk tidak ditemani
rekannya saat bertemu dengan Komnas HAM tersebut.
Hal ini kemungkinan dapat
dijadikan sebagai keuntungan positif baginya jika andai saja ada penawaran menarik
yang diberikan kepadanya.Dan bukan hal aneh jika pertemuan yang terjadi dengan sang
perempuan tersebut tidak diketahui teman-temannya dengan harapan sang Ketua lah
yang mengeruk keuntungan pribadi tersebut.Pernah disampaikan Yalli Kombo, bahwa pernah ada pihak TNI yang
mendatangi dan berkoordinasi ke Sekretariat KNPB dengan menggunakan Toyota
Avansa warna putih, mencari Martinus pada 21 Agustus 2014 malam dan 22 Agustus
2014 pagi, untuk mengantarkan oleh-oleh langsung kepada Martinus dan tidak
boleh diwakilkan.Hal ini jelas pula disampaikan oleh Agus Kosay dalam pernyataannya
bahwa ada juga pihak Kodim yang ingin memberikan uang dari Jakarta dan tidak
bisa diwakilkan. Mengapa tidak boleh diwakilkan? Seolah-olah segalanya adalah
hak prerogatif dari sang Ketua. Ditambah lagi kedekatan sang Ketua
dengan pihak aparat keamanan menjadi suatu 'ancaman' bagi pergerakan KNPB.
Hal ini tentu menambah kekecewaan di kalangan anggota KNPB sendiri. Mengapa
Martinus seolah-olah menyembunyikan sesuatu dari rekan-rekannyaKejadian-kejadian di
atas menjadi puncak dari konflik kepentingan yang terjadi di antara kalangan
KNPB sendiri.
Satu hal yang menjadi penting untuk dipertanyakan adalah mengapa
pihak KNPB dan keluarga menolak untuk melakukan autopsi, dan hanya melakukan
visum luar terhadap mayat Martinus? Padahal dari hasil visum yang dilakukan
oleh pihak RSUD Sorong bahwa terjadi kematian yang tidak wajar dimana pada dada
kiri korban terdapat luka lubang berdiameter 1 cm.Seandainya dilakukan autopsi terhadap mayat
tersebut tentu akan jelas terungkap apa penyebab luka lubang berdiameter 1 cm
tersebut, penyebab,
waktu dan modus, dan bukti-bukti yang terdapat dari tubuh korban.Penolakkan pihak keluarga yang didampingi pihak
KNPB terhadap dilakukannya autopsi, menimbulkan pertanyaan, ada apa gerangan?
Apakah untuk mengarahkan opini dan persepsi publik bahwa pelaku seolah-olah
berasal dari aparat keamanan? Mengingat dari persepsi yang disebarkan
pihak KNPB bahwa lubang di dada tersebut adalah akibat ditembak oleh peluru
tajam. Padahal lubang berdiameter 1 cm tersebut tidaklah melulu oleh karena
peluru tajam. Seandainyapun itu adalah peluru tajam, seandainya dilakukan
autopsi dan pengangkatan peluru, maka akan dapat diketahui jenis peluru
tersebut. Mengingat akan sangat mudah untuk mengenali apakah itu peluru organik
atau bukan.